Gempa Bumi Online

http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Geofisika/Gempabumi_Terkini.bmkg

Minggu, 17 Oktober 2010

Hablum Minallah dan Hablum Minannas



Sering kali dalam kehidupan sehari kita mendengar kata tersebut; Hablum Minallah dan Hablum Minannas. Dan banyak pula yang mengatakan, hubungan kita (manusia) dengan Allah itu mudah, bahkan ada yang mengatakan sangat mudah. Namun hubungan kita dengan manusia tidaklah demikian (mudah) melainkan sulit. ketika kita melukai seorang manusia tanpa kesengajaan, apa lagi dengan sengaja, Allah takkan mengampuni kita sebelum orang yang kita lukai memaafkan kita. Banyak atau malah mungkin mayoritas dari manusia menyangka, mengira, mempercayai dan meyakini bahwa Hablum Minallah dan Hablum Minannas sesuatu yang terpisah. sesuatu yang tidak terkait antara dasar (hakikat) berhubungan dengan Allah dan sikap/akhlaq (pedoman) berhubungan dengan manusia.

Sebelum kita membahasnya, mari kita cermati ayatnya secara runut bahasa;

[3:112] Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan (kemudian) tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.

Kalau kita cermati ayat diatas tentu kita akan paham, bahwa kemuliaan didunia akan mudah diperoleh jika tali  (hubungan) dengan Allah dan kemudian tali (interaksi) dengan manusia yang kita lakukan adalah baik.


Banyak manusia sukses didunia ini , mempunyai nama yang harum, disukai banyak orang, punya harta melimpah, jabatan/satus yang tinggi dan lain sebagainya. padahal manusia tersebut belum tentu berhubungan baik dengan Allah. Dalam hal ini sudah banyak sekali contohnya. mungkin juga ada disekitar kita. Namun sebaliknya, kita sering mendengar bahkan menjumpai langsung manusia manusia yang mempunyai Hablum Minallah yang baik dan intens tapi Hablum Minannas yang kurang baik atau bahkan buruk.

Kalau kita mau merenung (berpikir) mengapa hal ini bisa terjadi?? Tentu Allah akan beri petunjuk kepada kita karena Allah jualah yang telah memberikan janji.

Kebanyakan manusia tidak mempelajari ataupun melaksanakan apa yang Allah perintahkan dalam Al-Qur’an kendatipun mereka menerimanya sebagai sebuah kitab yang diwahyukan. Ini adalah akibat dari belum memikirkan tentang Al-Qur’an tetapi sekedar mengetahui dari informasi yang didapat dari sana sini. Sebaliknya, bagi orang yang berpikir, Al-Qur’an memiliki kedudukan dan peranan yang sangat besar dalam kehidupannya.

Pertama-tama, orang yang “berpikir” ingin mengetahui tentang Pencipta yang telah menciptakan dirinya dan jagad raya di mana ia tinggal dari ketiadaan, yang telah memberinya kehidupan ketika dirinya belum berwujud, dan yang telah menganugerahkan kepadanya nikmat dan keindahan yang tak terhitung jumlahnya; dan ia pun mempelajari tentang bentuk-bentuk perbuatan yang diridhai Allah. Al-Qur’an, yang Allah wahyukan kepada Rasul-Nya, adalah petunjuk yang memberikan jawaban atas pertanyaan manusia di atas. Dengan alasan ini, manusia perlu mengetahui kitab Allah yang diturunkan untuknya sebagai petunjuk yang dengannya ia membedakan yang baik dari yang buruk, merenungkan setiap ayatnya dan melaksanakan apa yang Allah perintahkan dengan cara yang paling tepat dan diridhai Allah berfirman tentang tujuan diturunkannya Al-Qur’an untuk manusia

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang berakal (mempunyai pikiran).” QS. Shaad, 38: 29

Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah peringatan. Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran (berpikir) daripadanya (Al-Qur’an). Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran (berpikir) daripadanya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia (Allah) adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi ampun.” (QS. Al-Muddatstsir, 74: 54-56

Banyak orang membaca Al-Qur’an, namun yang penting adalah sebagaimana yang Allah nyatakan dalam ayat-Nya yakni merenungkan tiap ayat Al-Qur’an, mengambil pelajaran dari ayat tersebut dan memperbaiki perilaku seseorang sesuai dengan pelajaran yang terkandung di dalamnya.

Allah Ta'ala berfirman:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal (menggunakan pikirannya).” QS. Yuusuf, 12: 111

Allah telah menurunkan Al-Qur’an untuk semua manusia sebagai petunjuk. Oleh karena itu, memikirkan setiap ayat Al-Qur’an dan menjalani hidup sesuai Al-Qur’an dengan mengambil pelajaran dan peringatan dari setiap ayatnya adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan keridhaan, kasih sayang dan surga Allah

“Dan Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikr (Al-Qur’an), agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (QS. An-Nahl, 16: 44)

Sebagaimana dalam ayat di atas, di banyak ayat-Nya yang lain, Allah mengajak manusia untuk merenung. Memikirkan tentang apa-apa yang Allah perintahkan kita untuk berpikir.

” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al-Baqarah, 2: 164)

“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, diantaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya adzab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir.” (QS. Yuunus, 10: 24)\

Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir (menggunakan akalnya).” (QS. Ar-Ra‘d, 13: 3-4)

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (menggunakan pikirannya).”

“Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (menggunakan pikirannya), dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran (menggunakan akalnya). Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran (menggunakan akal).”

(QS. An-Nahl, 16: 11-17)

” Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?” (QS. Ar-Ruum, 30: 8 )

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl, 16: 68-69)

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang berakal (mempunyai pikiran).” (QS. Shaad, 38: 29)

“Sesungguhnya Kami mudahkan Al Qur’an itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran. (QS. Ad-Dukhaan, 44: 58)

Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al Qur’an itu adalah peringatan.Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al Qur’an).” QS. Al-Muddatstsir, 56: 54-55

” Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?” (QS. Al-An‘aam, 6: 50)

Dan masih banyak ayat ayat lain didalam Alquran untuk menggunakan akal (berpikir).


Dari ayat ayat diatas tersirat dengan jelas, bagi manusia yang mau menggunakan pikirannya tentu akan memperoleh kemudahan dalam mengarungi samudara kehidupan.

Kenapa ada banyak manusia yang bisa sukses berkehidupan didunia dengan Hablum Minnannas tanpa disertai Hablum Minallah. Manusia manusia seperti ini tanpa disadarinya telah melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dalam wahyunya untuk menggunakan Akalnya (Pikirannya) dalam berkehidupan. Mereka menjalankan Sunnahtulloh (hukum alam/positif)

Allah Ta'ala berfirman:
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. (QS. Az-Zumar, 39: 42)

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda [kekuasaan] Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup [bagi kamu] bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (Fussilat, 41:53)

MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU

BARANG SIAPA (benar benar) MENGENAL DIRINYA, DIA (niscaya) AKAN MENGENAL TUHANNYA

Banyak Orang menyangka, mengira, bahkan meyakini telah BerHablum Minallah dengan giat, akan tetapi lupa, tidak sadar, melakukannya tanpa melalui tahapan tahapan yang benar (sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah). Bagaimana mungkin Manusia bisa Berhablum Minallah tanpa melalui prosesnya sesuai petunjuk alquran dan sunnnah yang murni.

Rasululloh SAW bersabda: Siapa yang yang mengadakan hal baru dalam perkara kami ini (dalam Agama-pent.) apa yang sebenarnya bukan dari perkara maka hal itu adalah tertolak". Dan dalam riwayat Muslim : "Siapa yang berbuat satu amalan yang tidak di atas perkara kami maka ia (amalan) adalah tertolak".

Manusia juga sering melupakan tahapan tahapn Ibadah kepada Alloh, sehingga hanya terjebak pada ibadah yang sifatnya teknis semata, tanpa disertai amalan amalan rokhani, yaitu Niat dan Ikhlas.

Ketika Iblis dipaksa bertamu kepada Nabi SAW, terjadi Tanya jawab.
Dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas Rasulullah SAW lalu bersabda :

Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.

Iblis segera menimpali:

tidak, tidak… tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk kedalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikan ku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”

 Rasululloh SAW menjawab:
“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”

Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak (baca:harta), ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham (baca:uang) , tidak suka pujian dan sanjungan, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.“

Dan juga dijelaskan oleh Allah mengenai pentingnya Niat dan Ikhlas dalam beribadah ini. Allah SWT dalam  firmannya:

Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada diri-Ku. Aku bersamanya setiap kali ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat – Ku ketika ia sendirian, maka Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam kelompok, niscaya Aku mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik daripada mereka. (Hadist Qudsi)

Jika Kita (manusia) telah mengenal dirinya, siapa hakekat terdalamnya, kedudukannya dimuka Bumi, bisa dan sanggup menjadi saksi atas hidup dan sejarah hidupnya sendiri serta mengerti bagaimana hubungannya dengan Allah SWT , tentu akan baik dan benar pula dalam berHablum Minannas.

Karena benar atau tidaknya, baik atau tidaknya dan sukses atau tidaknya Hablum Minallah kita (manusia) berdampak pula seberapa baik dan benar kita dalam berHablum Minannas.

Semua ini telah dicontohkan pula oleh Para Nabi dan Rasul. Mereka semua sukses berHablum Minnanas karena BerHablum Minallah dengan benar. Tidak satupun musuh musuh para Nabi dan Rosul membenci secara pribadi Beliau Beliau, mereka (para penentang Nabi) hanya membenci / menolak untuk menyembah Tuhan yang satu, Allah SWT. Mereka menolak aqidah para Nabi dan Rosul. Walau mereka secara pribadi mengakui dan memuji muji akhlaq dan kepribadian para Nabi dan Rosul.

Secara tersirat bisa terlihat, bahwa ukuran benar dan baik tidaknya Hablum Minallah kita (manusia) adalah seberapa baik Hablum Minannas kita. Jika kita (manusia) telah berHablum Minallah dengan baik dan benar, tentu akan mengikuti pula Hablum Minnanas nya. Walau ..., Hablum Minannas yang sukses bukanlah ukuran baik benarnya Hablum Minallah.

Jika Kita (manusia) telah menyangka, mengira, meyakini telah menjalani Hablum Minallah dengan benar, tapi kita masih sering menyakiti manusia lain, tentu kita (manusia) masih perlu banyak belajar lagi bagaimana berHablum Minallah.

Sekiranya ber Hablum minallah itu mudah, tentu Allah Azza wa jalla takkan pernah menurunkan para Nabi dan Rasul. Jangankan ber Hablum Minallah dengan baik dan benar sesuai Alquran dan Sunnah. Untuk mengetahui, mengenal, bahwa dibalik kehidupan alam semesta ini ada Sang Pencipta, yang tiada awal dan akhir, Tuhan semesta alam, manusia tidak bisa melakukannya. Sehingga kebanyakan manusia akan tersesat, atau mungkin seluruh manusia akan tersesat. Untuk itu Allah menurunkan para Nabi dan Rasul untuk memberi petunjuk kepada jalan yang benar.

Penulis sendiri tidak berani menyatakan bahwa berHablum Minallah itu mudah, dan berHablum Minannas itu sukar. Semoga ayat dan hadist dibawah ini akan menjadi rujukan dan rasa optimis kita (manusia), walau sesulit dan sesukar apapun kita berHablum Minallah dengan baik dan benar kita harus tetap optimis.

فَمَن يُؤۡمِنۢ بِرَبِّهِۦ فَلَا يَخَافُ بَخۡسً۬ا وَلَا رَهَقً۬ا
Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak [takut pula] akan penambahan dosa dan kesalahan (Al-Jinn :13)

Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada diri-Ku” (hadist Qudsi)

Wallahu a’lam Bishawab
Oleh: Duta Dirgantara

Tidak ada komentar:

Posisi Pengunjung

IP

Pengunjung Online

Artikel Menurut Anda?